Minggu, 07 April 2013

MAKALAH AGAMA TENTANG ALAM



Alam

1.                 Menurut ajaran Islam segala sesuatu yang bukan Allah dinamakan alam. Seluruh ala mini adalah makhluk, ciptaan. Allah disebut Al- Khalik. Dia yang menciptakan atau mengadakan segala yang ada. Adapun manusia sepintar apapun juga, tidak sanggup menciptakan dari sesuatu yang tidak ada ejadi ada. Manusia hanya sanggup sekedar menciptakan sesuatu dari sesuatu yang telah ada. Jadi manusia bukanlah pencipta, tetapi merobah bentuk dan susunan yang ada.

Kepunyaan-Nya segala yang ada di langit dan di bumi. Semuanya tunduk kepada-nya, Pencipta langit dan bumi. Dan bila Ia memutuskan seusatu, Ia hanya berkata kepadanya,’ Jadilah”, lalu jadilah ia.
Al-Baqarah 116,117.

2.                 Pandangan Islam tentang alam ialah, bahwa alam itu diciptakan oleh Tuhan secara sengaja, dengan nyata ( real), dengan konkrit, bukan dengan main-main, bukan maya.

ü Dialah yang menciptakan lagit dan bumi dengan   segalanya (bil-haq). Pada hari Ia berfirman,”Jadilah”, maka jadilah (apa yang Ia kehendaki). Firman-Nya adalah Kebenaran (al haq).
Al-An’am 73.
ü Bukan tanpa maksud Kami ciptakan langit dan bumi, dan segala yang ada di antaranya.
Shad 27.

ü Dan tiada Kami jadikan langit dan bumi dan segala yang ada antara keduanya untuk permainan(sia-sia).
Al-Anbia 16.

3.                 Allah s.w.t. menciptakan ala mini teratur, tertib, tanpa cacat.

Ialah yang Mehaperkasa, Yang Maha Pengampun, Yang menciptakan tujuh (lapis) langit susun bersusun. Tiada Nampak olehmu sesuatu yang tidak seimbang dalam ciptaan (Tuhan) yang Maha Pengasih. Cobalah pandang sekali lagi! Adakah Nampak sesuatu yang sumbang?
Al-Mulk 2, 3.

4.                 Alam semsta terikat dengan aturan-aturan atau hokum-hukum yang diciptakan oleh Tuhan, sehingga tiada satupun dalam ala mini yang tidak tunduk, taat, patuh tanpa reserve kepada aturan-aturan dan hokum-hukum Tuhan itu. Menurut termonologi Islam hokum alam yang pasti itu disebut ‘Sunnatullah, artiya undang-undang Allah bagi alam semesta.

ü Diciptakan-Nya segala sesuatu dan ditetapkan-Nya ukuran yang tepat.
Al-Furqan 2.
ü Apakah mereka mencari sesuatu yang lain dari agama Allah? Sedangkan semua yang ada di langit dan di bumi berserah diri kepada-Nya, dengan sukarela ataupun terpaksa dan kepada_nya mereka dikembalikan.
Ali’Imran 83.

5.                 Karena seluruh alam ini tunduk kepada hokum-hukum ciptaan Tuhan itu, maka isi alam dapat diselidiki, dipelajari dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan hidup manusia.

ü Dan Ia telah tundukkan bagimu apa yang di langit dan apa yang di bumi. Semuanya sebagai karunia daripada-Nya. Sungguh, itu adalah ayat-ayat bagi orang yang menggunakan fikiran.
Al-Jatsiah 13.

ü Katakana (hai Muhammad),”Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi.”
Yunus 101.

ü Tidakkah kamu lihat, bahwa Allah menundukkkan bagimu segala yang ada di langit dan segala yang ada di bui dan Dia limpahkan atasmu nikmat)nya, yang Nampak maupun yang tidak Nampak?
Luqman 20.

6.                 Seorang muslim akin sungguh, bahwa pada suatu waktu ala mini akan hancur dan berakhir riwayatnya. Tetapi hanya Allah yang mengetahui bila saat itu tiba.
ü Segala yang ada kan binasa, kecuali zat-Nya. Kepunyaan-kepunyaan-Nyalah segala ketentuan dan kepadanya kamu dikembalikan.
Al-Qashash 88.

ü Sungguh, pada Allah ilmu tentang saat (kiamat).
Luqman 34.

7.                 Semua yang ada dalam alam diciptakan oleh uhan berpasang-pasangan, sehingga manusia dapat lebih mudah memanfaatkan sambil mengembangbiakkan hewan, tumbuhan dan ciptaan Tuhan lainnya.

ü Mahasuci (Tuhan) yang telah menciptakan berpasang-pasangan segala sesuatu, dari yang dihasilkan oleh bumi, dari diri mereka sendiri dan dari yan tiada mereka mengetahui.
Ya-sin 36.

ü Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan, supaya kamu ingat (akan kekuasaan Allah).
Adz-Dzariat 49.

ü Pencipta langit dan bumi, Ia jadikan bagimu berpasang-pasangan dar jenis kam sendiri dan pasang-pasangan dari jenis binatang ternak. Dengan demikian Ia jadikan kamu berkembang biak. Tiada sesuatu serupa Ia. Ia yang Maha Mendengar dan Maha Melihat.
Asy-syura 11.
Pandangan Islam Tentang Alam
Banyak pendapat yang muncul sehubungan dengan definisi tentang alam, yaitu:

1.      Realisme Klasik
Berpendapat bahwa alam jagat  yang tidak lain hanya alam nyata  yang dapat ditangkap dengan pancaindra. Dengan kata lain, selain hal yang dinamakan materi apapun bentuknya dan segala dinamikanya, tidak ada yang sungguh-sungguh ada. Sehingga mereka juga tidak merepotkan diri untuk mencari siapa yang ada dibalik penciptaan alam jagat raya ini.
2.      Aliran Idealisme
Aliran ini meyakini bahwasanya, relitas yang pasti adalah ide yang tetap dan tidak berubah  Dengan kata lain, realitas yang berubah-ubah bukan merupakan realtas yang sesungguhnya.
3.      Realisme Kritis
Kebenaran dan pengetahuan tentang alam menurut realism ini sebagiannya ditemukan dan pasti kemudian sebagian yang lain diciptakan dan relatif.

Penjelasan diatas untuk penggambaran, bahwasanya telah banyak yang mencoba memberikan pendapatnya sesuai dengan kepercayaannya masing-masing. Dari uraian itu, realisme kritis menjelaskan sesungguhnya alam itu berubah-ubah dan dan tidak tetap, sehingga perlu diteliti dan diamati.
Sedangkan dalam islam, seperti yang tertuls dalam buku Janan Asifuddin, berdasarkan periodisasi alam dibagi 4, yaitu: alam ruh, alam dunia, alam kubur, dan alam akhirat. Penjelasannya bahwa alam akhirat merupakan alam yang abadi, alam kubur lebih lama dari alam dunia yang sangat singkat. Dengan demikian, pengertian alam dalam referensi Islam adalah segala sesuatu yang ada selain Allah. Namun, alam yang menjadi sumber ilmu pengetahuan  (ilmiah), pengertiannya dibatasi pada alam empiric yang bisa diteliti hukum alam beserta realitas yang terkandung didalamnya. Sama dengan kehidupan manusia dan juga peredaran alam yang di atur Allah SWT dalam tata kehidupan tertentu, yang dinamakan “sunnatullah“.
Kita sebagai manusia yang diciptakan Allah sebagai makhluk yang sebaik-baiknya makhluk yang diciptakan Allah SWT, berkewajiban untuk terus bereksplorasi mencari pengetahuan sesuai perintah yang telah dijelaskan dalam wahyu-Nya yakni Al-qur’an. Di dalam Islam, pencarian pengetahuan oleh seseorang bukanlah sesuatu yang tidak mungkin, tetapi harus, dan dianggap sebagai kewajiban bagi semua Muslim yang bertanggung jawab (hadits Nabi SAW-pen). Hal ini bukan semata-mata hanya untuk mencari ilmu dan terus mengembangkannya menjadi displin ilmu lainnya yang bermanfaat bAgi kesejahteraan umat, namun juga memelihara serta menjaganya. Hal yang menyangkut manusia diciptakan yang diciptakan sebaik-baiknya terdapat dalam ayat yang artinya: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (Lebih baik dari malaikat, dari syaitan, dari binatang dan dari alam). (Surat 95/At-Tiin, ayat 4). Begitu juga: Dalam ayat yang lain Allah SWT berfirman tentang manusia :
Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam. Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan“. (Surat 17/AI Israa’, ayat70). 

Karena Itu salah satu ciri pandangan Islam tentang alam, manusia diarahkan agar tidak hanya menggunakan rasio saja, namun juga menggunakan hati, intuisi ataupun perasaan. Karena tujuan tertinggi dari proses untuk mencari ilmu pengetahuan dengan menggunakan alam sebagai sumbernya adalah memahami bahwa dibalik semua ilmu yang ada merupakan pengetahuan dari kekuasaan Allah SWT. Hal ini termaktub dalam al-qur’an yang artinya: Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.”

Untuk lebih jelasnya, dalam buku Ahmad Janan Asifuddin dijelaskan keberadaan hukum alam atau sunnatullah yang kini menjadi sumber ilmu pengetahuan manusia yang dipandang betul-betul ilmiah, yaitu:
1.              Pada peredaran planet-planet, bintang-bintang dan matahari yang jumlahnya berjuta-juta bahkan bermiliar tak terhtung oleh manusia begitu konsisten posisi serta peredaran mereka pad kedudukan atau orbit atau falak masing-masing, hingga tidak terjadi tabrakan yang menyebabkan kehancuran alam.
2.              Pada proses alami yang dapat disaksikan pada mkhluk-makhluk hidup yang punya fisik, seperti makhluk nabati (tumbuh-tumbuhan), hewani (bangsa binatang), dan manusia.
3.              Pada sifat kodrati yang berlaku tetap pada benda-benda tak bernyawa seperti: air mengalir dari atas kebawah dan sebagainya.
4.              Pada hukum kausalitas (sebab akibat) pada umunya dinamis, namun berlaku ajeg pula, misalnya air bila dipanaskan 100o akan mendidih dan sebagainya.
Tentang bagaimana memahami alam dengan baik dengan menggunakan intuisi diatas, akan bermakna sebaliknya jika kita hanya menggunakan akal atau tidak memakai intuisi seperti orang atheis yang tidak percaya adanya Tuhan ataupun orang yang memiliki sifat antropocentris yang mempunyai kebenaran realitas pada akal saja atau kemampuan manusia saja.   
Selain itu mereka akan menolak kebenarn pada wahyu, Karena hal itu tidak bisa dipikirkan secara rasional. Padahal banyak hal yang bisa didapat dengan memahami hukum alam menggunakan akal beserta intuisi sehingga keimanan dapat mendorong pengetahuan yang ada pada wahyu. Wahyu, yang diterima oleh semua Nabi SAW/AS berasal dari Allah SWT, merupakan sumber pengetahuan yang paling pasti. Namun, Al-Quran juga menunjukkan sumber-sumber pengetahuan lain disamping apa yang tertulis di dalamnya, yang dapat melengkapi kebenaran wahyu. Pada dasarnya sumber-sumber itu diambil dari sumber yang sama, yaitu Allah SWT, asal segala sesuatu. Namun, karena pengetahuan yang tidak diwahyukan tidak diberikan langsung oleh Allah SWT kepada manusia, dan karena keterbatasan metodologis dan aksiologis dari ilmu non-wahyu tersebut, maka ilmu-ilmu tersebut di dalam Islam memiliki kedudukan yang tidak sama dengan ilmu pengetahuan yang langsung diperoleh dari wahyu. Sehingga, di dalam Islam tidak ada satupun ilmu yang berdiri sendiri dan terpisah dari bangunan epitemologis Islam, ilmu-ilmu tersebut tidak lain merupakan bayan atau penjelasan yang mengafirmasi wahyu, yang kebenarannya pasti. Di sinilah letak perbedaan epistemologi sekuler dengan epistemologi Islam.
Maka dapat diambil kesimpulan bahwa jika sumber ilmu pengetahuan dalam Islam adalah dua jenis kitab yaitu wahyu Al Qur’an sebagai kitab tertulis dan alam semesta sebagai kitab tidak tertulis, maka pada keduanya terdapat ayat-ayat yang perlu dipahami dengan metodologi masing-masing. Al-Attas memperkenalkan suatu analogi metodologis antara bahasa wahyu dan bahasa penciptaan dengan ilmu alat yang disebut ta’wil dan penafsiran. Seperti halnya kitab Al Qur’an, alam semesta ini juga mempunyai ayat-ayat yang jelas dan pasti (muhkamat) dan ada pula ayat-ayat mutasyabihat (ambigu). Untuk memahami ayat-ayat yang jelas dan pasti dipergunakan metode tafsir, sedangkan untuk memahami ayat-ayat yang ambigu digunakan metode ta’wil. Dalam pandangan Al Attas tafsir bukanlah pemahaman yang final, ia masih memerlukan ta’wil agar makna lebih umum dna lebih tinggi dapat diperoleh.



Kontribusi Alam terhadap Ilmu pengetahuan
Dari penjelasan diatas tentang alam dan wahyu sebagai sumber pengetahuan sangatlah jelas bahwa banyak dampak yang diberikan terhadap ilmu pengetahuan, manusia dan sebagainya seperti:
1.              Bahwasanya ubtuk menjai orang yang meraih sesuatu atu menginginkan sesuatu seharusnya dap melihat dan menimbang tentang hukum alam yang ada.
2.              Pandangan islam tentang alam dapt memberikan kontribusi sangat penting dan mendasar terhadap ateri pendidikan islam.
3.              Akan berpengaruh terhadap cara berpikir dan skap para pendidik dan semua orang yang erlubat didalamnya.
4.              Terhadap penyusunan kurikulum dan pembuat kebijakan pendidikan (islam) agar secara keseluruhan mempertimbangkan dan mengindahkan karakteristik hukum alam, termasuk realitas dan perkembangan psikologi perkembangan manusia.
5.              Terhadap segenap pembuat kebijakan pendidikan islam agar mempertimbangkan sifat-sifat ilmiah/hukum alam dan wahyu, serta menyikapnya secara tepat dan konsisten.


RUMUS PERHITUNGAN RODA GIGI LURUS PADA MESIN MILLING



RUMUS PERHITUNGAN RODA GIGI LURUS

No
Simbol
Ketentuan
Rumus Perhitungan
1
M
Modul ( modul pisau)
M =  D / Z
2
Z
Jumlah Gigi
Z =   D / M
3
D
Diameter Pitch
D = Z . M
4
Da
Diameter Luar
Da = D + 2.M
Da = (Z + 2)M
5
Df
Diameter Kaki
Df = D + 2,32.M
Df = (Z + 2,32)M
6
Ha
Adendum
Ha = 1.M
7
Hf
Defenudm
Hf = 1,16.M
8
H
Kedalaman alur gigi/Tinggi gigi
H = 2,16.M
9
T
Jarak Pitch
T = π.M
10
B
Lebar Gigi
B = 10.M
11
Zv
Nomor Cutter Modul yang dipilih
LIHAT TABEL
12
Nc
Putaran Tuas Kepala Pembagi
Nc = I / Z         I = 40 : 1
13
A
Jarak Poros Roda Gigi Berpasangan
A= D1+D2 /Z= (Z1+Z2)M /Z



Standard Internasional Roda gigi sistem Modul dan Sistem Diametral Pitch
Standar Roda gigi diklasifikasikan  atas 2 macam :
      1.      Standar Modul (M)
      2.      Standar Diametral Pitch (DP)

Standar Modul (M)
Modul ialah jarak antara garis lingkaran diameter ptch dengan garis lingakran diameter luar dalam satuan mm.
Juga Modul ialah perbandingan Diameter Pitch dibagi jumlah giginya.
Semua ukuran roda gigi sistem Modul diukurr dalam satuan Metrik(mm).

Standar Diametral Pitch (DP)
DP ialah jumlah gigi dalam jarak ukuran diameter pitchnya dari sebuah roda gigi.
Semua ukuran roda gigi sistim DP diukur dalam satuan imperial(inchi).

Hubungan antara Modul (M) dan Diametral Pitch (DP)

M = 1 / Z                         D = 1 / M

Tentunya Modul kebalikan dari DP



Cutter Roda Gigi :
 Gear Milling Cutter digunakan untuk Roda Gigi di Mesin Frais.

Ukuran-ukuran Modul(M) = 0,25mm-0,5mm-0,75mm-1mm-1,25mm-1,5mm-1,75mm-2mm-2,25mm-2,5mm-2,75mm-3mm.......4mm......6mm.......10mm...........dan seterusnya

Ukuran –ukuran DP = DP32.....DP10,DP8,DP6,DP4.......dst

Pemilihan Nomor Cutter Modul yang sesuai :
Cutter Modul : 1 set Cutter Modul ada 8 keping terdiri dari nomor 1 sampai nomor 8 sbb (lihat tabel) :

CUTTER MODUL
Cutter Nomor
Untuk Pemotongan julah gigi
1
12 gigi sampai 13 gigi
2
14 gigi sampai 16 gigi
3
17 gigi sampai 20 gigi
4
21 gigi sampai 25 gigi
5
26 gigi sampai 34 gigi
6
35 gigi sampai 54 gigi
7
55 gigi sampai 134 gigi
8
135 gigi sampai dengan tak terhingga RACK


  Pemilihan Nomor Cutter Diametral Pitch (DP) yang sesuai :
Tabel Pemilihan Nomor cutter untuk pemotongan Roda gigi :
Cutter DP : 1 set cutter DP juga ada 8 keping terdiri dari nomor 1 sampai nomor 8



CUTTER DIAMETRAL PITCH
8
12 gigi sampai 13 gigi
7
14 gigi sampai 16 gigi
6
17 gigi sampai 20 gigi
5
21 gigi sampai 25 gigi
4
26 gigi sampai 34 gigi
3
35 gigi sampai 54 gigi
2
55 gigi sampai 134 gigi
1
135 gigi sampai dengan tak terhingga RACK