Alam
1.
Menurut ajaran Islam segala sesuatu
yang bukan Allah dinamakan alam. Seluruh ala mini adalah makhluk, ciptaan.
Allah disebut Al- Khalik. Dia yang
menciptakan atau mengadakan segala yang ada. Adapun manusia sepintar apapun
juga, tidak sanggup menciptakan dari sesuatu yang tidak ada ejadi ada. Manusia
hanya sanggup sekedar menciptakan sesuatu dari sesuatu yang telah ada. Jadi
manusia bukanlah pencipta, tetapi merobah bentuk dan susunan yang ada.
Kepunyaan-Nya segala yang ada
di langit dan di bumi. Semuanya tunduk kepada-nya, Pencipta langit dan bumi.
Dan bila Ia memutuskan seusatu, Ia hanya berkata kepadanya,’ Jadilah”, lalu
jadilah ia.
Al-Baqarah 116,117.
2.
Pandangan Islam tentang alam ialah,
bahwa alam itu diciptakan oleh Tuhan secara sengaja, dengan nyata ( real),
dengan konkrit, bukan dengan main-main, bukan maya.
ü Dialah
yang menciptakan lagit dan bumi dengan
segalanya (bil-haq). Pada hari Ia berfirman,”Jadilah”, maka jadilah (apa
yang Ia kehendaki). Firman-Nya adalah Kebenaran (al haq).
Al-An’am
73.
ü Bukan
tanpa maksud Kami ciptakan langit dan bumi, dan segala yang ada di antaranya.
Shad 27.
ü Dan
tiada Kami jadikan langit dan bumi dan segala yang ada antara keduanya untuk
permainan(sia-sia).
Al-Anbia 16.
3.
Allah s.w.t. menciptakan ala mini teratur,
tertib, tanpa cacat.
Ialah
yang Mehaperkasa, Yang Maha Pengampun, Yang menciptakan tujuh (lapis) langit
susun bersusun. Tiada Nampak olehmu sesuatu yang tidak seimbang dalam ciptaan
(Tuhan) yang Maha Pengasih. Cobalah pandang sekali lagi! Adakah Nampak sesuatu
yang sumbang?
Al-Mulk 2, 3.
4.
Alam semsta terikat dengan
aturan-aturan atau hokum-hukum yang diciptakan oleh Tuhan, sehingga tiada
satupun dalam ala mini yang tidak tunduk, taat, patuh tanpa reserve kepada
aturan-aturan dan hokum-hukum Tuhan itu. Menurut termonologi Islam hokum alam
yang pasti itu disebut ‘Sunnatullah, artiya undang-undang Allah bagi alam
semesta.
ü Diciptakan-Nya
segala sesuatu dan ditetapkan-Nya ukuran yang tepat.
Al-Furqan 2.
ü Apakah
mereka mencari sesuatu yang lain dari agama Allah? Sedangkan semua yang ada di
langit dan di bumi berserah diri kepada-Nya, dengan sukarela ataupun terpaksa
dan kepada_nya mereka dikembalikan.
Ali’Imran 83.
5.
Karena seluruh alam ini tunduk kepada
hokum-hukum ciptaan Tuhan itu, maka isi alam dapat diselidiki, dipelajari dan
dimanfaatkan untuk kesejahteraan hidup manusia.
ü Dan Ia
telah tundukkan bagimu apa yang di langit dan apa yang di bumi. Semuanya
sebagai karunia daripada-Nya. Sungguh, itu adalah ayat-ayat bagi orang yang
menggunakan fikiran.
Al-Jatsiah 13.
ü Katakana
(hai Muhammad),”Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi.”
Yunus 101.
ü Tidakkah
kamu lihat, bahwa Allah menundukkkan bagimu segala yang ada di langit dan
segala yang ada di bui dan Dia limpahkan atasmu nikmat)nya, yang Nampak maupun
yang tidak Nampak?
Luqman 20.
6.
Seorang muslim akin sungguh, bahwa
pada suatu waktu ala mini akan hancur dan berakhir riwayatnya. Tetapi hanya
Allah yang mengetahui bila saat itu tiba.
ü Segala
yang ada kan binasa, kecuali zat-Nya. Kepunyaan-kepunyaan-Nyalah segala
ketentuan dan kepadanya kamu dikembalikan.
Al-Qashash 88.
ü Sungguh,
pada Allah ilmu tentang saat (kiamat).
Luqman 34.
7.
Semua yang ada dalam alam diciptakan
oleh uhan berpasang-pasangan, sehingga manusia dapat lebih mudah memanfaatkan sambil
mengembangbiakkan hewan, tumbuhan dan ciptaan Tuhan lainnya.
ü Mahasuci
(Tuhan) yang telah menciptakan berpasang-pasangan segala sesuatu, dari yang
dihasilkan oleh bumi, dari diri mereka sendiri dan dari yan tiada mereka
mengetahui.
Ya-sin 36.
ü Dan segala
sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan, supaya kamu ingat (akan kekuasaan
Allah).
Adz-Dzariat 49.
ü Pencipta
langit dan bumi, Ia jadikan bagimu berpasang-pasangan dar jenis kam sendiri dan
pasang-pasangan dari jenis binatang ternak. Dengan demikian Ia jadikan kamu
berkembang biak. Tiada sesuatu serupa Ia. Ia yang Maha Mendengar dan Maha
Melihat.
Asy-syura 11.
Pandangan Islam Tentang Alam
Banyak pendapat yang muncul
sehubungan dengan definisi tentang alam, yaitu:
1. Realisme Klasik
Berpendapat
bahwa alam jagat yang tidak lain hanya
alam nyata yang dapat ditangkap dengan
pancaindra. Dengan kata lain, selain hal yang dinamakan materi apapun bentuknya
dan segala dinamikanya, tidak ada yang sungguh-sungguh ada. Sehingga mereka
juga tidak merepotkan diri untuk mencari siapa yang ada dibalik penciptaan alam
jagat raya ini.
2. Aliran Idealisme
Aliran ini meyakini bahwasanya,
relitas yang pasti adalah ide yang tetap dan tidak berubah Dengan kata lain, realitas yang berubah-ubah
bukan merupakan realtas yang sesungguhnya.
3. Realisme Kritis
Kebenaran
dan pengetahuan tentang alam menurut realism ini sebagiannya ditemukan dan
pasti kemudian sebagian yang lain diciptakan dan relatif.
Penjelasan diatas untuk
penggambaran, bahwasanya telah banyak yang mencoba memberikan pendapatnya
sesuai dengan kepercayaannya masing-masing. Dari uraian itu, realisme kritis
menjelaskan sesungguhnya alam itu berubah-ubah dan dan tidak tetap, sehingga perlu
diteliti dan diamati.
Sedangkan
dalam islam, seperti yang tertuls dalam buku Janan Asifuddin, berdasarkan
periodisasi alam dibagi 4, yaitu: alam ruh, alam dunia, alam kubur, dan alam
akhirat. Penjelasannya bahwa alam akhirat merupakan alam yang abadi, alam kubur
lebih lama dari alam dunia yang sangat singkat. Dengan demikian, pengertian
alam dalam referensi Islam adalah segala sesuatu yang ada selain Allah. Namun,
alam yang menjadi sumber ilmu pengetahuan
(ilmiah), pengertiannya dibatasi pada alam empiric yang bisa diteliti
hukum alam beserta realitas yang terkandung didalamnya. Sama dengan kehidupan
manusia dan juga peredaran alam yang di atur Allah SWT dalam tata kehidupan
tertentu, yang dinamakan “sunnatullah“.
Kita sebagai manusia yang diciptakan
Allah sebagai makhluk yang sebaik-baiknya makhluk yang diciptakan Allah SWT,
berkewajiban untuk terus bereksplorasi mencari pengetahuan sesuai perintah yang
telah dijelaskan dalam wahyu-Nya yakni Al-qur’an. Di dalam Islam, pencarian
pengetahuan oleh seseorang bukanlah sesuatu yang tidak mungkin, tetapi harus,
dan dianggap sebagai kewajiban bagi semua Muslim yang bertanggung jawab (hadits
Nabi SAW-pen). Hal
ini bukan semata-mata hanya untuk mencari ilmu dan terus mengembangkannya
menjadi displin ilmu lainnya yang bermanfaat bAgi kesejahteraan umat, namun
juga memelihara serta menjaganya. Hal yang menyangkut manusia diciptakan yang
diciptakan sebaik-baiknya terdapat dalam ayat yang artinya: “Sesungguhnya
Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (Lebih
baik dari malaikat, dari syaitan, dari binatang dan dari alam). (Surat
95/At-Tiin, ayat 4). Begitu juga: Dalam ayat yang lain Allah SWT berfirman
tentang manusia :
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam.
Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, kami beri mereka rezeki dari yang
baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas
kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan“. (Surat 17/AI Israa’,
ayat70).
Karena Itu
salah satu ciri pandangan Islam tentang alam, manusia diarahkan agar tidak
hanya menggunakan rasio saja, namun juga menggunakan hati, intuisi ataupun
perasaan. Karena tujuan tertinggi dari proses untuk mencari ilmu pengetahuan
dengan menggunakan alam sebagai sumbernya adalah memahami bahwa dibalik semua
ilmu yang ada merupakan pengetahuan dari kekuasaan Allah SWT. Hal ini termaktub
dalam al-qur’an yang artinya: “Dan
sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan
manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami
(ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya
untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga
(tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu
sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah
orang-orang yang lalai.”
Untuk
lebih jelasnya, dalam buku Ahmad Janan Asifuddin dijelaskan keberadaan hukum
alam atau sunnatullah yang kini menjadi sumber ilmu pengetahuan manusia yang
dipandang betul-betul ilmiah, yaitu:
1. Pada peredaran planet-planet, bintang-bintang
dan matahari yang jumlahnya berjuta-juta bahkan bermiliar tak terhtung oleh
manusia begitu konsisten posisi serta peredaran mereka pad kedudukan atau orbit
atau falak masing-masing, hingga tidak terjadi tabrakan yang menyebabkan
kehancuran alam.
2. Pada proses alami yang dapat disaksikan pada
mkhluk-makhluk hidup yang punya fisik, seperti makhluk nabati (tumbuh-tumbuhan),
hewani (bangsa binatang), dan manusia.
3. Pada sifat kodrati yang berlaku tetap
pada benda-benda tak bernyawa seperti: air mengalir dari atas kebawah dan
sebagainya.
4. Pada hukum kausalitas (sebab akibat) pada umunya
dinamis, namun berlaku ajeg pula, misalnya air bila dipanaskan 100o akan
mendidih dan sebagainya.
Tentang
bagaimana memahami alam dengan baik dengan menggunakan intuisi diatas, akan
bermakna sebaliknya jika kita hanya menggunakan akal atau tidak memakai intuisi
seperti orang atheis yang tidak percaya adanya Tuhan ataupun orang yang
memiliki sifat antropocentris yang mempunyai kebenaran realitas pada akal saja
atau kemampuan manusia saja.
Selain
itu mereka akan menolak kebenarn pada wahyu, Karena hal itu tidak bisa
dipikirkan secara rasional. Padahal banyak hal yang bisa didapat dengan
memahami hukum alam menggunakan akal beserta intuisi sehingga keimanan dapat
mendorong pengetahuan yang ada pada wahyu. Wahyu,
yang diterima oleh semua Nabi SAW/AS berasal dari Allah SWT, merupakan sumber
pengetahuan yang paling pasti. Namun, Al-Quran juga menunjukkan sumber-sumber
pengetahuan lain disamping apa yang tertulis di dalamnya, yang dapat melengkapi
kebenaran wahyu. Pada dasarnya sumber-sumber itu diambil dari sumber yang sama,
yaitu Allah SWT, asal segala sesuatu. Namun, karena pengetahuan yang tidak
diwahyukan tidak diberikan langsung oleh Allah SWT kepada manusia, dan karena
keterbatasan metodologis dan aksiologis dari ilmu non-wahyu tersebut, maka
ilmu-ilmu tersebut di dalam Islam memiliki kedudukan yang tidak sama dengan
ilmu pengetahuan yang langsung diperoleh dari wahyu. Sehingga, di dalam Islam
tidak ada satupun ilmu yang berdiri sendiri dan terpisah dari bangunan
epitemologis Islam, ilmu-ilmu tersebut tidak lain merupakan bayan atau penjelasan
yang mengafirmasi wahyu, yang kebenarannya pasti. Di sinilah letak perbedaan
epistemologi sekuler dengan epistemologi Islam.
Maka
dapat diambil kesimpulan bahwa jika
sumber ilmu pengetahuan dalam Islam adalah dua jenis kitab yaitu wahyu Al
Qur’an sebagai kitab tertulis dan alam semesta sebagai kitab tidak tertulis,
maka pada keduanya terdapat ayat-ayat yang perlu dipahami dengan metodologi
masing-masing. Al-Attas memperkenalkan suatu analogi metodologis antara bahasa
wahyu dan bahasa penciptaan dengan ilmu alat yang disebut ta’wil dan
penafsiran. Seperti halnya kitab Al Qur’an, alam semesta ini juga mempunyai
ayat-ayat yang jelas dan pasti (muhkamat) dan ada pula ayat-ayat mutasyabihat
(ambigu). Untuk memahami ayat-ayat yang jelas dan pasti dipergunakan metode
tafsir, sedangkan untuk memahami ayat-ayat yang ambigu digunakan metode ta’wil.
Dalam pandangan Al Attas tafsir bukanlah pemahaman yang final, ia masih memerlukan
ta’wil agar makna lebih umum dna lebih tinggi dapat diperoleh.
Kontribusi Alam terhadap
Ilmu pengetahuan
Dari penjelasan diatas tentang alam dan wahyu sebagai sumber
pengetahuan sangatlah jelas bahwa banyak dampak yang diberikan terhadap ilmu
pengetahuan, manusia dan sebagainya seperti:
1. Bahwasanya
ubtuk menjai orang yang meraih sesuatu atu menginginkan sesuatu seharusnya dap
melihat dan menimbang tentang hukum alam yang ada.
2. Pandangan islam tentang alam dapt
memberikan kontribusi sangat penting dan mendasar terhadap ateri pendidikan
islam.
3. Akan berpengaruh terhadap cara
berpikir dan skap para pendidik dan semua orang yang erlubat didalamnya.
4. Terhadap penyusunan kurikulum dan
pembuat kebijakan pendidikan (islam) agar secara keseluruhan mempertimbangkan
dan mengindahkan karakteristik hukum alam, termasuk realitas dan perkembangan
psikologi perkembangan manusia.
5. Terhadap segenap pembuat kebijakan
pendidikan islam agar mempertimbangkan sifat-sifat ilmiah/hukum alam dan wahyu,
serta menyikapnya secara tepat dan konsisten.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar